Rabu, 01 Februari 2017

SAMBUNGAN KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN



SAMBUNGAN KAYU

Panjang kayu yang ada di pasaran sangatlah terbatas, sedangkan dalam suatu konstruksi membutuhkan kayu yang cukup panjang. Untuk mengatasi akan keterbatasan ukuran panjang kayu dibutuhkan adanya sambungan. Dalam menyusun suatu konstruksi kayu umumnya terdiri dari dua batang atau lebih yang masing-masing disambungkan menjadi satu bagian hingga kokoh.
Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain, sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan dapat berupa batang mendatar maupun tegak lurus. Sambungan panjang mendatar digunakan untuk menyambung balok gording, balok tembok balok bubungan dan sebagainya. Sambungan panjang tegak lurus biasanya digunakan untuk menyambung tiang-tiang penyangga.
1.Sambungan kayu







Gambar 1.24
Sambungan kayu
-          Sambungan kayu mendatar dengan gaya tarik /tekan mendatar yang berada pada satu bidang atau bidang dua dimensi.
-          Sambungan kayu tegak dengan gaya tekan sejajar serat pada satu bidang atau bidang dua dimensi.
-          P1  =  gaya tekan sejajar serat.
-          P2  =  gaya tarik sejajar serat.
-          S1  =  S2  =  Sambungan kayu 1 dan 2.
Hubungan kayu adalah dua batang batang kayu atau lebih yang saling dihubungkan satu sama lain pada satu titik tertentu, sehingga menjadi satu benda atau satu bagian konstruksi dalam satu bidang maupun dalam satu ruang berdimensi tiga.
2.Hubungan kayu







Gambar 1.25
Hubungan kayu

-    Hubungan kayu dengan gaya-gaya bekerja padanya yang berada dalam satu bidang (dua dimensi).
-    H1  =  hubungan balok kayu dalam satu bidang.
-    P1  =  gaya tekan,         P2  =  gaya tarik.







Gambar 1.26

-    Hubungan balok-balok kayu dengan gaya-gaya yang bekerja padanya yang berada dalam ruang atau tiga dimensi. Digambar dalam bentuk proyeksi miring.
-    H2  =  hubungan balok kayu dalam ruang
-    P1  = gaya tekan,          P2  =  gaya-gaya tarik.
-     
a.Syarat –syarat hubungan kayu.
Untuk membuat hubungan balok kayu yang kokoh, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Diusahakan hubungan dibuat sesederhana mungkin tapi kokoh, maksudnya agar dengan mudah dapat dikerjakan, mudah dipasang, mudah dikontrol dari luar.
2.      Hindari menggunakan kayu yang betul-betul cacat
3.      Perhatikan sifat-sifat kayu terutama terhadap penyusutan, pengembangan maupun penarikan
4.      Hindari menakik kayu terlalu dalam, karrena dapat melemahkan hubungan kayu itu sendiri.
5.      Bentuk sambungan dari hubungan harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya
6.      Perhatikan rencana penempatan sambungan, apakah akan ditumpu secara merata atau di tempat-tempat tertentu, karena akan mempengaruhi posisi/kedudukan balok itu sendiri, dalam keadaan rebah atau berdiri (diletakkan pada bidang sisi).
7.      Sebelum hubungan dari kedua kayu itu saling disatukan (dipaku atau diberi baut-mur), lebih baik diulas dahulu dengan lood menie (cat dasar) agar supaya hubungan tahan lembab dan awet.

b.  Sambungan memanjang kunci sesisi (kunci di atas)
Sambungan memanjang kunci sesisi dapat digunakan untuk konstruksi kuda-kuda, yaitu untuk menyambung balok kaki kuda-kuda maupun balok tarik. Agar tidak mengganggu pemasangan langit-langit, maka balok pengunci diletakkan di atas balok tariknya. Pada balok kunci maupun balok tarik ditakik gigi sedalam 1/8 – 1/6 t, sedang panjang balok kunci dibuat 6 – 7 t. Untuk menyepit balok kunci dan balok tarik yang disambung, biasanya ditembus dengan empat buah baut-mur  14 – 16 mm.






Gambar 1.27

Pada sambungan memanjang ini kedua ujung penampang balok yang disambung harus saling mendesak rata (betul-betul merapat).
Adapun daya tahan penampang terhadap gaya-gaya luar sebagai berikut :
-                Daya tahan tarik penampang batang yang ditakik adalah (t – a) x b x  tr (tr = tegangan tarik yang diizinkan pada kayu).
-                Daya tahan tekan dari kait adalah a x b x tk (tk  =  tegangan tekan yang diizinkan pada kayu), dan dalamnya a = 1/8 – 1/6 t.
-                Daya tahan geser dari kait adalah b x c x gs. (gs  =  tegangan geser yang diizinkan pada kayu). Panjangnya c  =  ¼ x panjang  balok kunci.
Perlu diketahui bahwa untuk amannya konstruksi, maka dalam perhitungan kekokohan sambungan bantuan berupa baut-mur tidak ikut diperhitungkan.
Baut-mur berfungsi sebagai penjepit sambungan agar tidak lepas. Dari hasil perhitungan ketiga daya tahan tersebut di atas diambil yang terkecil, itulah daya tahan batang tarik.
c.Sambungan memanjang kunci sesisi (kunci di bawah)
Sambungan memanjang kunci dengan balok pengunci berada di bawah, biasanya dipakai untuk menyambung balok tarik yang ditumpu oleh tiang kayu. Untuk menahan goyah, di kedua ujung balok dibuat  hubungan alur dan lidah sedangkan  hubungan antara tiang penyangga dengan balok kunci dibuat hubungan pen – lubang. Kedalaman maksimum lobang ½ t. Balok yang disambung dan balok pengunci juga dijepit oleh baut-mur  14 – 16 mm yang diletakan di tengah-tengah panjang bagian pengunci (kait). Unkuran panjang lidah 4 – 5 cm, lebar lidah 1/3 tebal kayu (1/3b).

d.Sambungan memanjang tegak ½ tebal kayu.
Sambungan memanjang tegak sering ditemui pada tiang-tiang penyangga yang cukup tinggi (lebih dari 4 cm), seperti pada bangunan gudang, gedung olehraga yang konstruksinya dari bahan kayu.
Penenmpatan sambungan harus dibuat di luar tengah-tengah tingginya tiang, dengan maksud untuk menghindari bahaya tekuk (knik). Timbulnya gejala tekuk maksimum, bila panjang tiang lebih besar dari 18 kali tebal terkecil. Pada membuat sambungan ini kedua ujung yang akan disambung ditakik ½ tebalnya dan panjang takikan 2 – 3 t. Unutk menyatukannya, dijepit dengan sabuk besi (sengkang beugel). Biasanya penampang tiang penyangga dapat berbentuk bujur sangkar (b=T).
e.Sambungan memanjang tegak  1/3 tebal (pen lurus)
Pada kedua ujung tiang yang akan disambung, masing-masing dibuat pendan lobang (alur panjang). Tebal pen sama dengan lebar lobang yaitu 1/3 T, panjang pen sama dengan panjang alur yaitu 2 – 3 t.








Gambar 1.28

f.Sambungan memanjang tegak bentuk tirus (pen miring)
Bentunknya hampir sama dengan gambar 15, hanya pen dibuat serong/miring menyerupai trapezium, agar lebih kuat menahan bahaya tekuk. Lebar ujung pen dan lebar kedua dada masing-masing 1/5 T, panjang sambungan  = 2 –3 t.










Gambar 1.29


g.Sambungan memanjang tegak pen silang
Sambungan memajang tegal dengan menggunakan pen silang baik digunakan untuk mencegah adanya bahaya tekuk ke sembarang arah, cara pembuatannya adalah; kedua ujung tiang yang akan disambung dibagi empat sama besar (penampangnya). Dua bagian yang berhadapan, merupakan  pen dari bagian bawah, sedang dua again lainnya merupakan pen dari bagian atas. Peyambungan/pemasangannya dengan jalan kedau ujung kayu tadi saling disorongkan sehingga betul-betul saling merapat. Ukuran panjang sambungan  = 2 – 3 t. Untuk memperkuat sambungan ini, perlu dipasangi sengkang besi (beugel)         1/8” x 5/4” yang saling disatukan dengan baut-mur kecil. Jarak beugel ini masing-masing 1/5 , 3/5 dan 1/5,  = panjang pen/panjang sambungan.









Gambar 1.30

h.Sambungan memanjang tegak ½ tebal kayu dengan mulut ikan
Pada membuat sambungan ini kedau ujung kayu/tiang yang akan disambung ditakik ½ tebalnya dan pada kedudukan dada dibuat menjorok kedalam dengan  bentuk seperti mulut ikan, menjoroknya kedalam 1/8 –1/6 t. Panjang sambungan dibuat  =2 – 3 t. Sambungan ini disamping diperkuat dengan beugel besi, akan tetapi dapat juga dengan memasang baut mur  ½”, pemasangannya berjarak 1/5 , 3/5, 1/5. = panjang sambungan. Dibuat sambungan ini dengan maksud, agar dapat menahan gaya-gaya yang arahnya kesamping.









Gambar 1.31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar