SAMBUNGAN KAYU
Panjang kayu yang ada di pasaran sangatlah terbatas, sedangkan dalam
suatu konstruksi membutuhkan kayu yang cukup panjang. Untuk mengatasi akan
keterbatasan ukuran panjang kayu dibutuhkan adanya sambungan. Dalam menyusun
suatu konstruksi kayu umumnya terdiri dari dua batang atau lebih yang
masing-masing disambungkan menjadi satu bagian hingga kokoh.
Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling
disambungkan satu sama lain, sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang.
Sambungan dapat berupa batang mendatar maupun tegak lurus. Sambungan panjang
mendatar digunakan untuk menyambung balok gording, balok tembok balok bubungan
dan sebagainya. Sambungan panjang tegak lurus biasanya digunakan untuk
menyambung tiang-tiang penyangga.
1.Sambungan kayu
Gambar 1.24
Sambungan kayu
-
Sambungan kayu mendatar dengan gaya tarik /tekan mendatar yang berada pada
satu bidang atau bidang dua dimensi.
-
Sambungan kayu tegak dengan gaya tekan sejajar serat pada satu bidang
atau bidang dua dimensi.
-
P1 = gaya tekan sejajar serat.
-
P2 = gaya tarik sejajar serat.
-
S1 = S2
= Sambungan kayu 1 dan 2.
Hubungan kayu adalah dua batang batang kayu atau lebih yang saling
dihubungkan satu sama lain pada satu titik tertentu, sehingga menjadi satu
benda atau satu bagian konstruksi dalam satu bidang maupun dalam satu ruang
berdimensi tiga.
2.Hubungan kayu
Gambar 1.25
Hubungan kayu
-
Hubungan kayu dengan gaya-gaya bekerja padanya yang
berada dalam satu bidang (dua dimensi).
-
H1 =
hubungan balok kayu dalam satu bidang.
-
P1 = gaya
tekan, P2 = gaya tarik.
Gambar 1.26
-
Hubungan balok-balok kayu dengan gaya-gaya yang bekerja
padanya yang berada dalam ruang atau tiga dimensi. Digambar dalam bentuk
proyeksi miring.
-
H2 = hubungan balok kayu dalam ruang
-
P1 = gaya tekan, P2 =
gaya-gaya tarik.
-
a.Syarat
–syarat hubungan kayu.
Untuk membuat hubungan balok kayu yang kokoh, harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Diusahakan hubungan dibuat sesederhana mungkin tapi
kokoh, maksudnya agar dengan mudah dapat dikerjakan, mudah dipasang, mudah
dikontrol dari luar.
2.
Hindari menggunakan kayu yang betul-betul cacat
3.
Perhatikan sifat-sifat kayu terutama terhadap
penyusutan, pengembangan maupun penarikan
4.
Hindari menakik kayu terlalu dalam, karrena dapat
melemahkan hubungan kayu itu sendiri.
5.
Bentuk sambungan dari hubungan harus tahan terhadap
gaya-gaya yang bekerja padanya
6.
Perhatikan rencana penempatan sambungan, apakah akan
ditumpu secara merata atau di tempat-tempat tertentu, karena akan mempengaruhi
posisi/kedudukan balok itu sendiri, dalam keadaan rebah atau berdiri
(diletakkan pada bidang sisi).
7.
Sebelum hubungan dari kedua kayu itu saling disatukan
(dipaku atau diberi baut-mur), lebih baik diulas dahulu dengan lood menie (cat
dasar) agar supaya hubungan tahan lembab dan awet.
b. Sambungan memanjang kunci
sesisi (kunci di atas)
Sambungan memanjang kunci sesisi dapat digunakan untuk konstruksi
kuda-kuda, yaitu untuk menyambung balok kaki kuda-kuda maupun balok tarik. Agar
tidak mengganggu pemasangan langit-langit, maka balok pengunci diletakkan di
atas balok tariknya. Pada balok kunci maupun balok tarik ditakik gigi sedalam
1/8 – 1/6 t, sedang panjang balok kunci dibuat 6 – 7 t. Untuk menyepit balok
kunci dan balok tarik yang disambung, biasanya ditembus dengan empat buah
baut-mur 14 – 16 mm.

Gambar 1.27
Pada sambungan memanjang ini kedua ujung penampang balok yang disambung
harus saling mendesak rata (betul-betul merapat).
Adapun daya tahan penampang terhadap gaya-gaya luar sebagai berikut :
-
Daya tahan tarik penampang batang yang ditakik adalah
(t – a) x b x
tr (
tr = tegangan tarik yang diizinkan pada kayu).


-
Daya tahan tekan dari kait adalah a x b x
tk (
tk = tegangan tekan yang diizinkan pada kayu), dan
dalamnya a = 1/8 – 1/6 t.


-
Daya tahan geser dari kait adalah b x c x
gs. (
gs = tegangan geser yang diizinkan pada kayu).
Panjangnya c = ¼ x panjang
balok kunci.


Perlu diketahui bahwa untuk amannya konstruksi, maka dalam perhitungan
kekokohan sambungan bantuan berupa baut-mur tidak ikut diperhitungkan.
Baut-mur berfungsi sebagai penjepit sambungan agar tidak lepas. Dari
hasil perhitungan ketiga daya tahan tersebut di atas diambil yang terkecil,
itulah daya tahan batang tarik.
c.Sambungan memanjang kunci sesisi (kunci di bawah)
Sambungan memanjang kunci dengan balok pengunci berada di bawah, biasanya
dipakai untuk menyambung balok tarik yang ditumpu oleh tiang kayu. Untuk
menahan goyah, di kedua ujung balok dibuat
hubungan alur dan lidah sedangkan
hubungan antara tiang penyangga dengan balok kunci dibuat hubungan pen –
lubang. Kedalaman maksimum lobang ½ t. Balok yang disambung dan balok pengunci
juga dijepit oleh baut-mur
14 – 16 mm yang
diletakan di tengah-tengah panjang bagian pengunci (kait). Unkuran panjang
lidah 4 – 5 cm, lebar lidah 1/3 tebal kayu (1/3b).

d.Sambungan memanjang tegak ½
tebal kayu.
Sambungan memanjang tegak sering ditemui pada tiang-tiang penyangga yang
cukup tinggi (lebih dari 4 cm), seperti pada bangunan gudang, gedung olehraga
yang konstruksinya dari bahan kayu.
Penenmpatan sambungan harus dibuat di luar tengah-tengah tingginya tiang,
dengan maksud untuk menghindari bahaya tekuk (knik). Timbulnya gejala tekuk
maksimum, bila panjang tiang lebih besar dari 18 kali tebal terkecil. Pada
membuat sambungan ini kedua ujung yang akan disambung ditakik ½ tebalnya dan
panjang takikan 2 – 3 t. Unutk menyatukannya, dijepit dengan sabuk besi
(sengkang beugel). Biasanya penampang tiang penyangga dapat berbentuk bujur
sangkar (b=T).
e.Sambungan memanjang tegak 1/3
tebal (pen lurus)
Pada kedua ujung tiang yang akan disambung, masing-masing dibuat pendan
lobang (alur panjang). Tebal pen sama dengan lebar lobang yaitu 1/3 T, panjang
pen sama dengan panjang alur yaitu 2 – 3 t.
Gambar 1.28
f.Sambungan
memanjang tegak bentuk tirus (pen miring)
Bentunknya hampir sama dengan gambar 15, hanya pen dibuat serong/miring
menyerupai trapezium, agar lebih kuat menahan bahaya tekuk. Lebar ujung pen dan
lebar kedua dada masing-masing 1/5 T, panjang sambungan
= 2 –3 t.


Gambar 1.29
g.Sambungan memanjang tegak pen silang






Gambar 1.30
h.Sambungan memanjang tegak ½
tebal kayu dengan mulut ikan
Pada membuat sambungan ini kedau ujung kayu/tiang yang
akan disambung ditakik ½ tebalnya dan pada kedudukan dada dibuat menjorok
kedalam dengan bentuk seperti mulut
ikan, menjoroknya kedalam 1/8 –1/6 t. Panjang sambungan dibuat
=2 – 3 t. Sambungan
ini disamping diperkuat dengan beugel besi, akan tetapi dapat juga dengan
memasang baut mur
½”, pemasangannya
berjarak 1/5
, 3/5
, 1/5
.
= panjang sambungan. Dibuat sambungan ini dengan maksud, agar
dapat menahan gaya-gaya yang arahnya kesamping.






Gambar 1.31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar