Rabu, 01 Februari 2017

KELEMAHAN KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN



KELEMAHAN KAYU
Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai kelemahan berupa cacat-cacat kayu. Penggunaan kayu cacat sebagai konstruksi akan dapat mempengaruhi kekuatan maupun keawetan konstruksi tersebut. Sehubungan dengan hal ini penggunaan kayu yang cacat mesti dihindari.
Adapun macam-macam  kelemahan kayu adalah:
1.      Mata kayu
Mata kayu terdapat pada batang, yang menunjukkan tempat pangkal dahan yang dipotong setelah tua. Jika dahan/cabang tadi, pada waktu mudanya dipotong, maka serat-serat lingkaran tahun dapat tumbuh lagi. Mata kayu itu tidak sama sifatnya dengan kayu-kayu sekelilingnya. Kadang-kadang mata kayu bersifat keras sekali, kadang-kadang agak lunak, tetapi selalu mengadakan perubahan arah serat dengan perlahan-lahan. Mata kayu yang mempunyai ukuran besar yang terdapat pada batang, dapat menimbulkan kelemahan-kelemahan, dimana mata kayu itu berada. Mata kayu dalam ukuran kecil dan padat serta masih kokoh dapat digunakan untuk konstruksi batang tekan (Gambar 13.a).
2.      Kayu lapuk/busuk
Jika kayu yang masih muda yang baru ditebang ditumpuk terlalu lama ditempat-tempat yang lembab, akan dapat menjadikan kayu itu ditumbuhi jamur dan lama kelamaan akan menjadi lapuk. Pelapukan kayu dapat juga disebabkan oleh cabang patah karena angin ribut atau penebangan yang salah, maka memungkinkan kayu itu tersekah/ sobek yang kemudian kemasukan air. Cara mengatasi kayu yang terserang jamur atau kayu basah, kayu harus diletakkan pada tempat-tempat yang kering dan berangin dan penumpukannya harus memakai jarak pemisah dan alat-alat pemisah (Gambar 13.b).
3.      Hati kayu yang busuk
Cacat ini biasanya terjadi pada kayu yang sudah berumur tua dan diameter batangnya besar. Cabang yang sudah mati atau kena penyakit lain atau bekas sobekan pangkal cabang yang lama-kelamaan kemasukan air sampai jauh kedalam, mengakibatkan terjadi pembusukan sampai ke hati. Kemungkinan lain karena adanya patahan dari akar tunggangnya. Akibat patahan ini akar akan busuk dan dimakan oleh air, maupun binatang-binatang perusak seperti perusak rayap (Gambar 13.c).
4.Celah-celah lingkaran
Pada pohon-pohon yang telah tua umurnya, kadang-kadang bagian dalam batang tidak ikut lagi dalam proses pertumbuhan (sudah mati). Akibatnya bagian ini kehilangan airnya dan lama-kelamaan menyusut atau mengerut. Karena itu hubungan dengan bagian luar batang dalam arah lingkaran tumbuh terputus, sehingga terjadi celah-celah lingkaran.
Celah-celah lingkaran tumbuh memberikan banyak kelemahan, sebab papan yang digergaji melalui celah-celah itu, akan memecah diri dalam jalur-jalur kecil. Semasih kayu dalam keadaan berdiri (belum ditebang), celah-celah itu tidak akan terlihat. Tetapi setelah pohon itu ditebang barulah celah-celah dapat dilihat pada penampang melintang (Gambar 13.d).
5.      Kayu retak-retak.
Mengingat lingkaran-lingkaran tumbuh luar terjadi dari sel-sel yang lebih muda, maka kayu bagian luar ini akan lebih besar mengkerutnya daripada kayu bagian dalamnya. Akibat pengerutan yang tidak berimbang, maka akan terjadi tegangan-tegangan yang dapat menimbulkan yang disebut retak-retak. Gejala ini diperkuat oleh karena bagian dalam tidak mengering secepat bagian luar. Hal semacam ini dapat dicegah dengan pengeringan yang lambat dan teratur dengan cara menutupi pohon itu, sehingga kayu dapat mengering dengan rata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar