KELEMAHAN
KAYU
Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai kelemahan
berupa cacat-cacat kayu. Penggunaan kayu cacat sebagai konstruksi akan dapat
mempengaruhi kekuatan maupun keawetan konstruksi tersebut. Sehubungan dengan
hal ini penggunaan kayu yang cacat mesti dihindari.
Adapun macam-macam kelemahan kayu adalah:
1.
Mata kayu
Mata kayu terdapat pada
batang, yang menunjukkan tempat pangkal dahan yang dipotong setelah tua. Jika
dahan/cabang tadi, pada waktu mudanya dipotong, maka serat-serat lingkaran
tahun dapat tumbuh lagi. Mata kayu itu tidak sama sifatnya dengan kayu-kayu
sekelilingnya. Kadang-kadang mata kayu bersifat keras sekali, kadang-kadang
agak lunak, tetapi selalu mengadakan perubahan arah serat dengan
perlahan-lahan. Mata kayu yang mempunyai ukuran besar yang terdapat pada
batang, dapat menimbulkan kelemahan-kelemahan, dimana mata kayu itu berada.
Mata kayu dalam ukuran kecil dan padat serta masih kokoh dapat digunakan untuk
konstruksi batang tekan (Gambar 13.a).
2.
Kayu lapuk/busuk
Jika kayu yang masih muda
yang baru ditebang ditumpuk terlalu lama ditempat-tempat yang lembab, akan
dapat menjadikan kayu itu ditumbuhi jamur dan lama kelamaan akan menjadi lapuk.
Pelapukan kayu dapat juga disebabkan oleh cabang patah karena angin ribut atau
penebangan yang salah, maka memungkinkan kayu itu tersekah/ sobek yang kemudian
kemasukan air. Cara mengatasi kayu yang terserang jamur atau kayu basah, kayu
harus diletakkan pada tempat-tempat yang kering dan berangin dan penumpukannya
harus memakai jarak pemisah dan alat-alat pemisah (Gambar 13.b).
3.
Hati kayu yang busuk
Cacat ini biasanya
terjadi pada kayu yang sudah berumur tua dan diameter batangnya besar. Cabang
yang sudah mati atau kena penyakit lain atau bekas sobekan pangkal cabang yang
lama-kelamaan kemasukan air sampai jauh kedalam, mengakibatkan terjadi
pembusukan sampai ke hati. Kemungkinan lain karena adanya patahan dari akar
tunggangnya. Akibat patahan ini akar akan busuk dan dimakan oleh air, maupun
binatang-binatang perusak seperti perusak rayap (Gambar 13.c).
4.Celah-celah lingkaran
Pada pohon-pohon yang
telah tua umurnya, kadang-kadang bagian dalam batang tidak ikut lagi dalam
proses pertumbuhan (sudah mati). Akibatnya bagian ini kehilangan airnya dan
lama-kelamaan menyusut atau mengerut. Karena itu hubungan dengan bagian luar
batang dalam arah lingkaran tumbuh terputus, sehingga terjadi celah-celah
lingkaran.
Celah-celah lingkaran
tumbuh memberikan banyak kelemahan, sebab papan yang digergaji melalui
celah-celah itu, akan memecah diri dalam jalur-jalur kecil. Semasih kayu dalam
keadaan berdiri (belum ditebang), celah-celah itu tidak akan terlihat. Tetapi
setelah pohon itu ditebang barulah celah-celah dapat dilihat pada penampang
melintang (Gambar 13.d).
5.
Kayu retak-retak.
Mengingat lingkaran-lingkaran tumbuh luar terjadi dari
sel-sel yang lebih muda, maka kayu bagian luar ini akan lebih besar
mengkerutnya daripada kayu bagian dalamnya. Akibat pengerutan yang tidak
berimbang, maka akan terjadi tegangan-tegangan yang dapat menimbulkan yang
disebut retak-retak. Gejala ini diperkuat oleh karena bagian dalam tidak
mengering secepat bagian luar. Hal semacam ini dapat dicegah dengan pengeringan
yang lambat dan teratur dengan cara menutupi pohon itu, sehingga kayu dapat
mengering dengan rata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar