Hubungan kayu menyundut
Hubungan kayu menyundut banyak digunakan pada pembuatan
konstruksi-konstruksi, seperti untuk membuat ibu pintu/kosen, daun pintu,
rangka atap, tangga, lanatai maupun untuk konstruksi lain sesuai dengan
maksudnya. Hubungan ini dapat berupa sudut siku (= 90o), sudut
tumpul (> 90o) dan sudut lancip (< 90o), dengan
berbagai macam hubungan sesuai dengan kebutuhan.
Macam-macam cara membuat hubungan kayu menyudut adalah sebagai
berikut:
a.
Dengan coakan ½ tebal kayu
Untuk mempermudah tentang pengertian dan cara membuatnya, perlu
disepakati perjanjian di bawah ini :
- Kayu yang
arahnya horizontal: “H”
- Kayu yang
arahnya vertical: “V”
Misalnya akan membuat hubungan dengan coakan ½ tebal
kayu yang mebentuk sudut siku-siku.
Dua batang kayu yaitu kayu H dan V yang akan
dihubungkan masing-masing ujungnya dicoak ½ tebalnya. Panjang coakan pada kayu
H sama denga panjang coakan pada kayu V. Hubungan ini sangat sederhana, sudah
barang tentu akan mudah lepas karena kedua bibirnya hanya saling menempel
begitu saja. Untuk menguatkan hubungan ini kedua bibirnya ditebus dengan 3
batang kayu yang penempatannya merupakan sudut-sudut dari sebuah segi tiga sama
sisi dan diusahakan dua batang paku tidak berada dalam satu garis lurus serat
kayu.
CARA 1. COAKAN ½ TEBAL KEPALA TERBUKA (pada sudut
siku)
Gambar 1.32
CARA 2. COAKAN ½ TEBAL, KEPALA TERTUTUP (pada sudut
siku)
Gambar 1.33
CARA 3. COAKAN ½ TEBAL DENGAN VERSTEK 45o‑
(pada sudut siku)
Gamabr 1.34
CARA 4.
COAKAN ½ TEBAL KEPALA TERBUKA (pada pertemuan siku)
Gambar 1.35
CARA 5. COAKAN ½ TEBAL KEPALA TERTUTUP (pada
pertemuan siku)
Gambar 1.36.
b.
Hubungan dengan ekor burung.
Pada hubungan dengan coakan ½ tebal kayu, terdapat kelemahan yaitu batang horizontal (kayu H)
tidak kuat menahan gaya
tarik walaupun telah diperkuat dengan
pemasangan paku. Untuk mengatasi kelemahan ini dibuatlah hubungan dengan ekor
burung laying-layang. Dua batang kayu H dan kayu V yang akan dibuat hubungan
dengan ekor burung saling membentuk sudut siku-siku. Pada kayu H bekerja gaya yang akan menarik
lepas kayu H dari kayu V. Pada ujung kayu H dibuat sebuah bibir dengan
coakan/takikan ½ tebal kayu. Bibir ii pada sisi dadanya dicoak sedalam 1/8 –
1/6 lebar kayu H, kemudian dibuat bentuk trapezium, yang dinamakan ekor
burung. Coakan pada kayu V dibuat sesuai dengan bibir pada kayu H.
Hubungan dengan ekor burung dapat dibuat dengan bermacam-macam bentuk
seperti di bawah ini :
CARA 1. HUBUNGAN EKOR BURUNG TERBUKA (tembus)
Gamabar. 1.37
CARA 2. HUBUNGAN EKOR BURUNG
TERBUKA (tak tembus)
Gambar 1.38
CARA 3. HUBUNGAN EKOR BURUNG TERTUTUP TEMBUS (sorong)
Gambar 1.39
CARA 4. HUBUNGAN EKOR BURUNG TERTTUTUP (tidak rata sisinya)
Gambar 1.40
CARA 5. HUBUNGAN EKOR BURUNG TERBUKA PADA STRUKSI KUDA-KUDA
Gaambar 1.41
c.
Hubungan dengan pen dan lobang
Hubungan kayu banyak dibuat dengan pen dan lobang, bila ukuran penampang
kayu cukup besar. Hubungan dengan pen dan lobang lebih kuat jika dibandingkan
dengan coakan ½ tebal kayu, karena pada hubungan pen lobang dibatasi/ditahan
oleh dua atau lebih bidang pengapit. Apabila akan menghubungkan kayu yang
sangat tebal, maka lebih baik/kuat kalau dibuatakan dengan pen ganda (dobel).
Untuk memperkuat (mengunci) hubungan pen dan lobang selalu menggunakan paku
kayu atau paku bamboo yang cukup keras yang dinamakan toog. Toog ini terbuat
dari kayu kering dan kuat yang berserat lurus dan dapat juga dari bamboo yag
telah betul-betul kering dan keras. Bentuk toog ii persegi banyak, dengan
penampang mendekati lingkaran yang berdiameter 6 @ 12 mm. Bentuknya ke arah
panjang sedikit demi sedikit mengecil/agak runcing dengan maksud agar labih mudah dapat dimasukan ke dalam
lobangnya. Hubungan pen dan lobang dapat dibuat dalam bentuk yang
bermacam-macam, yang tentunya disesuaikan dengan sifat-sifat gaya yang bekerja padanya.
CARA 1. HUBUNGAN DENGAN PEN DAN
LOBANG TERBUKA
Gambar 1.42
CARA 2. HUBUNGAN DENGAN PEN DAN
LOBANG TERBUKA DENGAN GIGI
Gambar 1.43
CARA 3. HUBUNGAN DENGAN PEN DAN LOBANG TEMBUS (pada sudut siku)
Gambar 1.44
CARA 4. HUBUNGAN PEN DAN LOBANG DENGAN SPATPEN (pada sudut siku
Gambar 1.45
CARA 5. HUBUNGAN PEN DAN LOBANG
DENGAN SPATPEN, SPOONING
Gambar 1.46
CARA 6. HUBUNGAN PEN DAN LOBANG DENGAN SPATPEN, LIS, ALUR.
Gambar 1.47
Gambarnya mana ya?
BalasHapus